Aku senang
melihatmu menemukan seseorang yang lebih nyaman untuk bersandar, bukan dengan “paksaan”
seperti apa yang pernah aku lakukan. Rasa nyaman yang pernah aku dapat
sepertinya tidak pernah kamu dapatkan dariku sebagai teman yang kuanggap dekat.
Aku senang melihat senyum itu dengan lepasnya bersama orang yang tepat saat
kamu merasa terlalu menyakitkan untuk melihat ke belakang, dan terlalu takut
untuk melihat ke depan, kamu punya dia di sampingmu –sahabatmu-. Terima kasih,
setidaknya kamu pernah menjadi satu tempat yang nyaman untukku membagi banyak
hal dan cerita. Tapi apa gunanya kalau aku mendapatkan itu dan kamu tidak
mendapatkannya dariku. Menyadari kita tidak sepenuhnya bisa mengerti satu sama
lain. Terlebih aku yang tidak mudah untuk tau bagaimana kamu. Dan itu membuatku
menangis tanpa henti. Sungguh, aku tidak berlebihan, sehari semalam aku
habiskan hanya untuk menangisi kesalahan yang tidak aku mengerti dan sesuatu
yang tidak aku pahami. Itu menyakitkan. Sangat menyakitkan. Mata perih dan bengkak
tidak lagi terasa, mungkin saat itu mataku mati rasa sehingga air mata sulit
untuk dihentikan.
Bodoh kalau
aku percaya lagi sama kamu. Jadi, aku akan tetap menghargai kamu sebagai
temanku. Mungkin lebih nyaman saat kita jauh. Meskipun banyak hal pernah
terjadi aku jadikan itu sebagai nasehat untuk diriku sendiri. Aku menyayangi
Tuhanku yang sudah memberikanku hidup. Terima kasih, dan maaf aku tidak bisa
masuk lebih dalam. “Aku bukan pribadi yang cukup kuat
untuk membuka pintu yang enggan untuk membuka dirinya.” Yang
sebenarnya apa yang ada di dalamnya itu bukanlah hal yang penting untuk hidupku
juga. Perasaanku halus dan lemah, tapi tidak untuk sekarang aku membangun
tembok yang lebih kuat bersama orang-orang yang lebih menyayangiku dan aku
sayangi, entah bagaimana kamu. Bukan aku tidak peduli, tapi jika aku peduli pun
kamu juga tidak merasa aku pedulikan. Jadi aku tidak ingin lagi ada air mata
untuk alasan yang sama.
Alika
melumat lembut es krim yang baru saja dibelinya sambil menunggu Mario yang
sedang beribadah di gereja. Rasa bosan sama sekali tidak pernah hinggap
meskipun ribuan kali dia melakukan ritual yang sama. Dia menunggu di ujung gang
dekat gereja yang biasa dikunjungi Mario yang taat beribadah. Dia tidak lagi
asing dengan tatapan orang yang hendak memasuki pelataran gereja, memandangnya
aneh. Tentu gadis berjilbab sepertinya tidak seharusnya berkeliaran di tempat
ini. Ya, jilbabnya belum panjang seperti apa yang seharusnya, tapi tetap saja
orang-orang itu gemar mengehentikan pandangannya katika menangkap bayangannya
di sekitar gereja. Malah dia sempat dikira salah satu jaringan teroris. Tapi
toh pikirannya tidak sedangkal itu, frontal memang. Tapi biarkanlah. Mereka mau
berkata apa. Toh, dia datang kesini bukan atas nama agama. Tapi atas satu
ikatan yang membuatnya sulit untuk lepas. Alika sering menyebutnya malaikat.
Dia sangat baik meskipun perih terasa ketika dia mencoba mengembalikan
perasaannya kepada dasar hidupnya.
“Hei,
lama ya nunggunya?” seorang pria keluar dari pelataran gereja dan baru saja
berpisah dengan teman-temannya menghampiri gadis berjilbab yang tentu
menantinya.
“Hehe, okay bunny. Aku ambil mobil sebentar,
kasian banget malaikatku kesepian pasti kelamaan nunggu,”
“Yeeep!”
jawab Alika bersemangat. Ada yang ingin disampaikannya pada Mario hari ini,
tapi sebelum itu dia lakukan, dia ingin bersenang-senang lebih dulu dengan pacarnya
itu.
Ketika
Mario sampai di depan dimana tempatnya terduduk tadi, gadis itu langsung
terlonjak dan kemudian masuk ke dalam mobil.
“Kamu
kenapa sih hari ini seneng banget kayaknya?”
“Siapa
sih yang nggak seneng kalo ketemu pacar tercinta” sahut Alika sambil melempar
tatapan manja. Mario selalu suka lesung pipi di sebelah kiri setiap gadis itu
tersenyum.
“Gombal
kamu,”
“Biarin,
daripada kamu digombalin sama cewek lain mendingan aku yang gombalin, kamunya
juga suka to,”
Alika
tipikal gadis periang dan menyenangkan. Sedangkan Mario tentu lebih dewasa dan
pengertian. Menjadikan Alya selalu merasa nyaman berada di samping Mario.
***
Mereka
sedang duduk di taman kota senja harinya setelah seharian bersenang-lelah
dengan menitari seluruh isi mall dari mulai dari nonton film drama (meskipun
Mario menolak keras untuk melakukan hal itu), lalu melakukan pose-pose lucu dan
konyol di photobox dan menemani Alika mencoba betapa banyak sepatu dan pada
akhirnya hanya membeli satu pasang. Itu juga sepatu yang pertama dicobanya
sebelum mencoba puluhan sepatu berikutnya. Tapi Mario selalu bahagia menemani
gadis ini menghabiskan waktu seharian sebagai ganti seminggu tanpa pertemuan
langsung. Biasanya hanya lewat skype atau video call saja kalau bener-bener
kelewat kangen.
“Kamu
capek hubby?” tanya Alika melihat
Mario yang tersenyum.
“Nggak
ada kata capek buat habisin waktu sama kamu bunn,
hehe” Mario melepas usapan hangat di kepala Alika yang terbungkus jilbab.
Selepas
kemudian senyum Alika memudar berubah menjadi air mata yang mengalir dari kedua
pelupuk matanya. Mario yang jelas-jelas melihatnya tentu tidak mengerti kenapa
tiba-tiba gadis itu menitikka air mata. Mario hendak menghapusnya, tapi
tangannya tertahan tangan Alika yang menangkapnya lebih dulu.
“Bunny,”
“Hey, look at me, tell me.. have
I done some mistakes that makes your tears drops like that?”
“Nggak hubby,
kamu nggak pernah ngelakuin kesalahan sama sekali. Kamu malaikatku”
“Iyaa,
aku tau, you too. Dan aku janji nggak
akan nyakitin kamu, tapi ngeliat kenyataan kamu nangis di depanku kaya gini
tentu aja bikin aku khawatir bunny”
“Aku
mau mulai sekarang kita putus” jawab Alika terbata-bata.
“Sebentar-sebentar,
bunny …”
“Yaaa…”
Alika menarik nafas panjang. “Aku cuma nggak bisa naruh harapan lebih banyak
lagi, setiap kebersamaan kita selalu terbentur prisnsip hidup kita yang
berbeda, by. Kita sama-sama percaya
Tuhan itu hanya satu, tapi kita mengabdikan diri dengan cara yang berbeda.dan
Tuhanku tidak pernah mau tau perasaan kita, by.
Yang aku sesali adalah bertemu orang sebaik kamu, tapi Tuhan nggak pernah
menghendaki kita pada jalur yang sama”
Mario
menelan ludahnya. Dia menyayangi gadis ini. Sangat. Mencintai dan menjaga gadis
ini lebih dari apa yang terlihat.
“This is the reason why you make so many
awesome times and moment being with me, aku tau bunn. Aku menghargai kalau memang kamu penginnya kaya gitu”
“You’re so worth to me, hubby. You’re the
first. Kamu orang pertama yang bikin aku sadar kalau aku cantik dan
berharga. Kamu orang pertama yang selalu berhasil mengendurkan bibirku yang
manyun dan cemberut. Kamu orang pertama yang membuatku merasa ada yang
melindungi. Orang pertama yang membuatku merasa diperhatikan. Dan orang pertama
yang membuatku jatuh cinta”
“Aku
percaya kamu sudah dewasa bunny,
pacarku sudah tau apa yang seharusnya dia lakukan. Dan aku anggap ini keputusan
yang benar untuk kita bunn, maaf
kalau aku yang dulu sempat terkesan memaksakan adanya hubungan ini padahal
jelas-jelas kita tau sama tau bahwa dasar hidup kita berbeda, dan kamu juga
sempat menolaknya bukan karena tidak memiliki yang sama, katanya kamu dulu
pengin jadi hamba yang taat untuk Tuhanmu, tapi aku mengacaukan itu, maaf yaah”
Mario masih menggenggam erat kedua tangan Alika.
“Nggak
hubby, ini bukan lagi soal perasaan. Kalau mau ditanya kita udah sama-sama tau
dan merasakan perasaan itu nyata ada di antara kita. Dan kita tidak memilih,
Tuhan yang berbeda mempertemukan kita, mengijinkan kita merasakan kasih sayang
yang nggak bisa kita tolak. Tapi aku bisa apa hubby, aku terlalu lemah untuk menentukan”
“Pertama
kali kita menjalin hubungan aku katakan aku cinta, setiap aku merindukan kamu
aku menyadari aku begitu mencintai kamu, dan sampai kapan pun aku akan tetap
cinta, bunn”
Mario
memegangi bahu Alika yang bergetar karena tangisnya yang semakin tak
terbendung. Kemudian Mario menarik tubuh Alika dalam peluknya. Mungkin ini
terakhir kali dia bisa merengkuh tubuh gadis itu dan mencium wangi tubuh yang
tidak akan bisa tergantikan oleh orang lain.
“Bunny, janji satu hal sama aku ya?”
pinta Mario yang begitu merasakan hangatnya dekapan mereka menjalar satu sama
lain. Remasan tangan Alika di punggungnya betapa gadis ini berusaha meruntuhkan
egonya demi kembali pada jalan Tuhannya.
“Jangan
serahkan perasaan kamu pada sembarang pria, aku percaya kamu akan dapatkan pria
yang jauh lebih baik daripada seorang Mario yang tidak akan pernah bisa jadi
pemimpin kamu nantinya. Terima kasih untuk banyak hal yang kamu kasih,
keceriaan, cinta dan pengertian yang luar biasa dari Alika Namiraine-ku
tersayang”
Alika
tidak lagi bisa berkata-kata. Dia tenggelam dalam tangisnya. Melepas orang yang
begitu berharga dalam hidupnya. Orang yang sempat megisi hari-harinya. Akan dia
simpan rapat-rapat kenangan yang indah tanpa cela bersama si songong Mario
Galih Aditya.
Single? Jomblo? Nggak punya pacar? Sejenak mungkin kita akan mengeryitkan dahi kita
ketika mendengar kata-kata. Bisa jadi yang sedang membuat tulisan tentang
sebuah ke-single-an ini sedang mengalami yang namanya galau. Haha. Bagiku single
itu bukan sebuah status, tapi satu ketetapan hati. Bukan dikarenakan tidak
adanya ketertarikan untuk menjalin sebuah hubungan. Bukan juga akibat terlalu pemilih
untuk menentukan siapa yang pantas untuk ada di sampingnya, mendampingi setiap
langkah kehidupannya. Tapi single adalah sesuatu keadaan yang sama sekali tidak
pernah kita inginkan. Siapa sih yang mau mangkir kalo ternyata dia juga pengin
jatuh cinta? Pengin berbagi rasa dan kasihnya pada orang yang dianggap nyaman
untuk hal itu? Pengen ada yang nemenin kemana aja? Menghabiskan waktu untuk
menguatkan perasaan antara kedua hati yang saling terkait? Hal-hal itu tentu
indah tanpa kita bisa kita elak. Harapan itu akan tetap ada. Ketika Tuhan
mengakhiri masa itu, perlahan seorang single dipertemukan dengan sesosok hati
yang entah kenapa bisa selalu membuat seorang single menghabiskan banyak waktu
walau hanya untuk membayangkan wajahnya. Kemudian Tuhan juga berbaik hati untuk
mempertemukan mereka dalam intensitas yang sering. Dalam kejadian-kejadiananeh tanpa sengaja. Menyenangkan-mengesankan-menyebalkan-dan-mungkin-merindukan.
Dari mulai jadi teman-sahabat-dan hubungan dimana single melepas label yang
membuat sebagian orang terkadang gengsi kalo memiliki label itu. Tidak ada yang
perlu ditakuti ketika sedang dalam masa single. Kalau butuh banyak warna,
sahabat di sekeliingmu selalu siap jadi stabile buat kamu. Kalo kamu ngerasa
kesepian kamu masih punya Papa-Mama-mu, adek, sepupu yang tentu akan setia
mendengarkan keluh-kesahmu. Kalo ngerasa nggak bisa ngadepin masalah sendiri,
toh dunia nggak sekejam ibu tiri, masih banyak orang baik yang akan nolongin
kamu atas kehendak Tuhan-mu. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nanti akan
tiba saatnya single menemukan orang yang tepat, orang yang dipilihkan Tuhan
untuk sebuah penyatuan perasaan. Tetap menjadi diri sendiri dan jadi
menyenangkan, dunia tidak akan kiamat kalo kenyatan yang ada kamu belum punya
status relathionship.
Kayaknya udah lama banget aku nggak
urus blog semata wayangku ini. Terakhir banget aku posting sekitar 3 bulan yang
lalu. Waktu berjalan begitu cepat bukan? Dan itu berlalu tanpa hadirnya
seseorang yang bisa aku anggap berarti mengisi hari-hariku. Aku mulai sok sibuk
dengan hal yang sebenernya emang bikin sibuk, haha. Ya, alasannya ada dua yaitu
yang pertama sibuk dengan tugas kuliah sehingga tidak ada ruang memunculkan
inspirasi untuk dituangkan dalam gores tinta. Atau yang kedua karena sebuah
kekosongan dalam kebisingan.
Alasan pertama memang murni sebuah
alasan yang biasa dijadikan alasan untuk tidak menyempatkan diri menulis, tapi
alasan kedua sepertinya sedikit membuat leherku tercekik. Aku menikmati
kebersamaan dengan teman-teman kuliahku. Bercanda penuh gelak tawa. Sayangnya belum
ada yang benar-benar bisa menutup ruang kosong yang terasing di sudut keramaian
itu.
Aku tidak bisa terlalu banyak
berharap, karena aku tau harapan sering kali tidak sesuai dengan kenyataan yang
Tuhan ukirkan dalam hidup ini. Aku mencari, tapi aku tidak bisa memaksa untuk
mendapatkan perasaan seseorang karena yang aku butuhkan bukan status melainkan
sebuah ketulusan untuk jadi lebih dekat dan mengerti satu sama lain. Aku menanti,
tapi yang aku harap datang tidak juga aku temui. Aku berharap kamu mencari dan
menantiku, tapi aku kesulitan menampakkan siapa diriku. Aku masih sering
menganggap diriku belum pantas memberi sambutan hangat ketika kamu berniat untuk
menarikku keluar dari sebuah kotak kosong dan menyelamatkanku dari riuhnya
gemuruh sepi.
Aku tidak tau pasti apa yang harus
aku lakukan sekarang. Tetap menjalani hari-hariku dengan membawa sebingkai
kekosongan hati kah? Aku yakin kamu merasakan hal yang sama, tapi aku berjanji
untuk sesorang yang tulus berbagi rasa, aku akan tetap menyimpannya
rapat-rapat. Aku berharap kamu orang yang pertama kali membukanya, mengalirkan
deru hangat kepada dingin yang membekukan suhu ruangan kosong yang telah lama
ku simpan :)
Dari pertama kali aku tau kamu dari sahabatku yang jadi temen baru sekelas
kamu, entah kenapa aku selalu tertarik dengan nama kamu. Aneh, aku bahkan
jarang banget liat kamu tapi nggak jarang aku nanyain tentang kamu ke
sahabatku. Dan sejak itu aku tau kita punya kesukaan yang sama. Akhirnya kita
ketemu di situasi yang sama, di ruangan yang sama untuk dua tahun ke depan.
Mungkin karena setiap hari ketemu, tiap hari bercanda, aku duduk di bangku yang
nggak jauh dari kamu secara nggak sengaja aku jadi sering merhatiin kamu,
merhatiin apa yang ada di diri kamu, apa yang sedang kamu lakuin, gimana
keadaan kamu setiap hari. Aku pengin deketin kamu, tapi saat itu aku nggak tau
pasti seperti apa kamu yang sebenernya. Semuanya masih baik-baik aja di mataku.
Aku akhirnya ngeberaniin diri buat nyoba deketin kamu dengan ngomongin
hal-hal yang sama-sama kita suka. Setelah itu aku ngerasa punya temen cowok
yang bisa aku ajak cerita di sms (walaupun aku tau kadang kamu ngerasa
terganggu sama sms-sms ku itu), dulu masih sering wall to wall sama komen di
status fb, suka saling ngeledekin. Jujur aku seneng banget, meskipun aku mulai
menyadari ada sebuah perasaan yang berbeda tapi saat itu aku masih bisa lepas
bersikap di depan kamu tanpa canggung.. Jadi saat itu aku yakin kamu sama
sekali nggak tau gimana sebenernya perasaan aku ke kamu.
Pas kamu nggak masuk aku khawatir, aku kira kamu sakit karena kecapekan
tapi 3 hari selanjutnya kamu nggak juga masuk. Kalau aja kamu tau, bahkan lagi-lagi
aku nggak nyadar kalo aku sering ngelirik ke bangku kamu, aku baru sadar akan
hal itu waktu temen sebangkuku negur aku kenapa ngeliatin ke tempat duduk kamu
melulu. Aku khawatir, di beberapa catatanku aku berkali-kali berdoa biar kamu
cepet sembuh dan bisa ada lagi di kelas ketawa-ketawa bareng temen-temen lagi. Dan
lagi-lagi kamu nggak akan pernah tau kalau aku mencemaskan keadaan kamu, aku
care sama kamu.
Dan selanjutnya aku mulai menyadari ada seseorang juga yang sedang berusaha
mendekati kamu. Aku nggak tau kenapa ini semua bisa terjadi, tanpa pernah tau
awalnya semakin lama aku dekat dengan gadis yang juga mencoba mendekatimu itu.
Dia mulai menceritakan banyak hal tentang hubungannya denganmu, tentang semua
isi sms.mu ke dia. Dan aku nggak bisa melakukan apa pun walaupun aku tau
seharusnya aku menghindar. Aku nggak pernah tau apakah dia sengaja menceritakan
itu karena dia tau perasaanku ke kamu atau enggak. Aku nggak pernah tau apa
niatnya ngelakuin hal-hal yang kadang membuat seperti pecahan kaca kecil yang
menggores banyak luka tapi aku selalu pandai dalam bersikap di depannya. Aku
ceria, aku tertawa, aku bahkan sering menggodanya dengan menyangkutkan dia sama
kamu. Dan lagi-lagi kamu nggak pernah tau bagaimana aku selalu bertahan
ketika ada orang lain juga punya perasaan yang sama ke kamu seperti aku.
Aku akui dia jauh lebih agresif,
tapi sebelumnya aku nggak nyangka kalau gadis itu begitu egois. Kalau gadis itu
tau gimana perasaan aku ke kamu nggak seharusnya dia cerita banyak hal tentang
kedekatannya sama kamu. Bahkan satu dari sms-nya dari kamu yang bikin aku sedih
adalah ketika kamu mengajukan sebuah permintaan sama dia untuk mencoba menjalin
sebuah komitmen. Dan lagi-lagi kamu nggak pernah tau aku menangis karena
itu.
Saat ini, detik ini aku tau siapa kamu yang sebenernya. Aku sadar dari awal
kalo aku nggak akan pernah bisa sama kamu. Sekarang ini kamu bukan lagi sama
gadis itu dan apalagi sama aku, nggak. Kamu udah bisa sama cewek yang lain
lagi. Hebat banget ya kamu, kamu jago banget mainin hati cewek yang berusaha
baik buat kamu, yang selalu care sama kamu. Kamu hebat bisa ngasih
harapan-harapan itu dan selanjutnya pergi gitu aja. Aku tau aku nggak pernah
bisa bilang tentang semua ini sama kamu karena memang saat gadis itu mulai
bercerita tentang kedekatan kalian, aku mulai menarik diri menjauh dan nggak
mau buat nyoba deket lagi ke kamu. Tanpa kamu sadari bukan cuma aku yang kamu
bikin sakit, kamu juga udah nyakitin gadis yang udah ngerasa berarti banget
buat kamu. Dan lagi-lagi kamu nggak pernah tau ada yang tersakiti karena
sikap kamu.