Sabtu, 27 Oktober 2012

Different first (only I get from you)

                Alika melumat lembut es krim yang baru saja dibelinya sambil menunggu Mario yang sedang beribadah di gereja. Rasa bosan sama sekali tidak pernah hinggap meskipun ribuan kali dia melakukan ritual yang sama. Dia menunggu di ujung gang dekat gereja yang biasa dikunjungi Mario yang taat beribadah. Dia tidak lagi asing dengan tatapan orang yang hendak memasuki pelataran gereja, memandangnya aneh. Tentu gadis berjilbab sepertinya tidak seharusnya berkeliaran di tempat ini. Ya, jilbabnya belum panjang seperti apa yang seharusnya, tapi tetap saja orang-orang itu gemar mengehentikan pandangannya katika menangkap bayangannya di sekitar gereja. Malah dia sempat dikira salah satu jaringan teroris. Tapi toh pikirannya tidak sedangkal itu, frontal memang. Tapi biarkanlah. Mereka mau berkata apa. Toh, dia datang kesini bukan atas nama agama. Tapi atas satu ikatan yang membuatnya sulit untuk lepas. Alika sering menyebutnya malaikat. Dia sangat baik meskipun perih terasa ketika dia mencoba mengembalikan perasaannya kepada dasar hidupnya.
                “Hei, lama ya nunggunya?” seorang pria keluar dari pelataran gereja dan baru saja berpisah dengan teman-temannya menghampiri gadis berjilbab yang tentu menantinya.
                As usually, I’m okay. It’s Sunday, hubby!” pekiknya riang.
                “Hehe, okay bunny. Aku ambil mobil sebentar, kasian banget malaikatku kesepian pasti kelamaan nunggu,”
                “Yeeep!” jawab Alika bersemangat. Ada yang ingin disampaikannya pada Mario hari ini, tapi sebelum itu dia lakukan, dia ingin bersenang-senang lebih dulu dengan pacarnya itu.
                Ketika Mario sampai di depan dimana tempatnya terduduk tadi, gadis itu langsung terlonjak dan kemudian masuk ke dalam mobil.
                “Kamu kenapa sih hari ini seneng banget kayaknya?”
                “Siapa sih yang nggak seneng kalo ketemu pacar tercinta” sahut Alika sambil melempar tatapan manja. Mario selalu suka lesung pipi di sebelah kiri setiap gadis itu tersenyum.
                “Gombal kamu,”
                “Biarin, daripada kamu digombalin sama cewek lain mendingan aku yang gombalin, kamunya juga suka to,”
                Alika tipikal gadis periang dan menyenangkan. Sedangkan Mario tentu lebih dewasa dan pengertian. Menjadikan Alya selalu merasa nyaman berada di samping Mario.
***
                Mereka sedang duduk di taman kota senja harinya setelah seharian bersenang-lelah dengan menitari seluruh isi mall dari mulai dari nonton film drama (meskipun Mario menolak keras untuk melakukan hal itu), lalu melakukan pose-pose lucu dan konyol di photobox dan menemani Alika mencoba betapa banyak sepatu dan pada akhirnya hanya membeli satu pasang. Itu juga sepatu yang pertama dicobanya sebelum mencoba puluhan sepatu berikutnya. Tapi Mario selalu bahagia menemani gadis ini menghabiskan waktu seharian sebagai ganti seminggu tanpa pertemuan langsung. Biasanya hanya lewat skype atau video call saja kalau bener-bener kelewat kangen.
                “Kamu capek hubby?” tanya Alika melihat Mario yang tersenyum.
                “Nggak ada kata capek buat habisin waktu sama kamu bunn, hehe” Mario melepas usapan hangat di kepala Alika yang terbungkus jilbab.
                Selepas kemudian senyum Alika memudar berubah menjadi air mata yang mengalir dari kedua pelupuk matanya. Mario yang jelas-jelas melihatnya tentu tidak mengerti kenapa tiba-tiba gadis itu menitikka air mata. Mario hendak menghapusnya, tapi tangannya tertahan tangan Alika yang menangkapnya lebih dulu.
                “Bunny,”
                “Hey, look at me, tell me.. have I done some mistakes that makes your tears drops like that?”
                “Nggak  hubby, kamu nggak pernah ngelakuin kesalahan sama sekali. Kamu malaikatku”
                “Iyaa, aku tau, you too. Dan aku janji nggak akan nyakitin kamu, tapi ngeliat kenyataan kamu nangis di depanku kaya gini tentu aja bikin aku khawatir bunny
                “Aku mau mulai sekarang kita putus” jawab Alika terbata-bata.
                “Sebentar-sebentar, bunny …”
                “Yaaa…” Alika menarik nafas panjang. “Aku cuma nggak bisa naruh harapan lebih banyak lagi, setiap kebersamaan kita selalu terbentur prisnsip hidup kita yang berbeda, by. Kita sama-sama percaya Tuhan itu hanya satu, tapi kita mengabdikan diri dengan cara yang berbeda.dan Tuhanku tidak pernah mau tau perasaan kita, by. Yang aku sesali adalah bertemu orang sebaik kamu, tapi Tuhan nggak pernah menghendaki kita pada jalur yang sama”
                Mario menelan ludahnya. Dia menyayangi gadis ini. Sangat. Mencintai dan menjaga gadis ini lebih dari apa yang terlihat.
                This is the reason why you make so many awesome times and moment being with me, aku tau bunn. Aku menghargai kalau memang kamu penginnya kaya gitu”
                You’re so worth to me, hubby. You’re the first. Kamu orang pertama yang bikin aku sadar kalau aku cantik dan berharga. Kamu orang pertama yang selalu berhasil mengendurkan bibirku yang manyun dan cemberut. Kamu orang pertama yang membuatku merasa ada yang melindungi. Orang pertama yang membuatku merasa diperhatikan. Dan orang pertama yang membuatku jatuh cinta”
                “Aku percaya kamu sudah dewasa bunny, pacarku sudah tau apa yang seharusnya dia lakukan. Dan aku anggap ini keputusan yang benar untuk kita bunn, maaf kalau aku yang dulu sempat terkesan memaksakan adanya hubungan ini padahal jelas-jelas kita tau sama tau bahwa dasar hidup kita berbeda, dan kamu juga sempat menolaknya bukan karena tidak memiliki yang sama, katanya kamu dulu pengin jadi hamba yang taat untuk Tuhanmu, tapi aku mengacaukan itu, maaf yaah” Mario masih menggenggam erat kedua tangan Alika.
                “Nggak hubby, ini bukan lagi soal perasaan. Kalau mau ditanya kita udah sama-sama tau dan merasakan perasaan itu nyata ada di antara kita. Dan kita tidak memilih, Tuhan yang berbeda mempertemukan kita, mengijinkan kita merasakan kasih sayang yang nggak bisa kita tolak. Tapi aku bisa apa hubby, aku terlalu lemah untuk menentukan”
                “Pertama kali kita menjalin hubungan aku katakan aku cinta, setiap aku merindukan kamu aku menyadari aku begitu mencintai kamu, dan sampai kapan pun aku akan tetap cinta, bunn
                Mario memegangi bahu Alika yang bergetar karena tangisnya yang semakin tak terbendung. Kemudian Mario menarik tubuh Alika dalam peluknya. Mungkin ini terakhir kali dia bisa merengkuh tubuh gadis itu dan mencium wangi tubuh yang tidak akan bisa tergantikan oleh orang lain.
                Bunny, janji satu hal sama aku ya?” pinta Mario yang begitu merasakan hangatnya dekapan mereka menjalar satu sama lain. Remasan tangan Alika di punggungnya betapa gadis ini berusaha meruntuhkan egonya demi kembali pada jalan Tuhannya.
                “Jangan serahkan perasaan kamu pada sembarang pria, aku percaya kamu akan dapatkan pria yang jauh lebih baik daripada seorang Mario yang tidak akan pernah bisa jadi pemimpin kamu nantinya. Terima kasih untuk banyak hal yang kamu kasih, keceriaan, cinta dan pengertian yang luar biasa dari Alika Namiraine-ku tersayang”
                Alika tidak lagi bisa berkata-kata. Dia tenggelam dalam tangisnya. Melepas orang yang begitu berharga dalam hidupnya. Orang yang sempat megisi hari-harinya. Akan dia simpan rapat-rapat kenangan yang indah tanpa cela bersama si songong Mario Galih Aditya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar