Rabu, 13 November 2013

HOME

Aku sedang senang-senangnya dengan lagu Home yang dinyanyiin Michael Buble. Sedang sering-seringnya rindu dengan suasana dan orang-orang di rumah. Rumah adalah tempat paling nyaman untuk kamu kembali, untuk menjadi seperti apa kamu yang sebenarnya, tanpa topeng dan segala kemunafikan. Bersama dengan orang-orang yang mencintai sebagaimana adanya dirimu, entah buruk atau baik dirimu. Kita tidak perlu menjadi yang sempurna untuk dicintai. Merasa bahwa Tuhan begitu baik dan sangatlah baik.
Aku punya eyang Kung yang selalu saja tak pernah bosan memberikanku wejangan mengenai filosofi hidup, mengajariku agar aku segera bisa dewasa walau pada kenyataannya masih jauh. Aku punya eyang Uti yang nggak pernah bosan melarangku makan banyak-banyak karena ketakutannya kalo nanti aku jadi lebih gendut dan nggak cepet-cepet punya pacar. Aku punya mereka yang mencintaiku walau aku selalu bandel atau kadang membantah larangan mereka ketika aku merasa sedikit terkekang. Tapi aku tau itu ungkapan sayang dan peduli mereka terhadap cucu pertamanya ini.
Aku juga punya Ibuk yang nggak pernah bosen beresin kamarku, karena aku tau aku cewek paling nggak rajin yang bisa-bisanya tidur di kamar dalam kondisi paling berantakan sekalipun. Tempat aku menumpahkan banyak cerita tentang kuliah, teman dan bahkan hanya sekedar bercanda. Yang selalu mengalah saat rengekanku akhirnya menggeser egonya. Pergi shoping berdua, memperdebatkan mana yang lebih bagus dengan harga yang sesuai. Kami berbeda selera, tapi aku dan Ibuk hanya seperti adik-kakak dengan beda usia yang tidak jauh. Ibukku adalah ibu yang paling rajin sedunia. Ketika aku merasa sangat sedih dan seakan dunia ini menghakimiku sebagai orang yang bersalah, tidur di samping Ibuk, dengan memeluknya aku merasa semua menjadi lebih baik. Aku merasa aku di tempat yang tepat, yang paling nyaman. Ibuk tidak pernah bertanya kenapa aku menangis, karena mungkin Ibuk tau anaknya sudah mulai dewasa, Tuhan sedang membimbingnya menjadi manusia yang lebih dewasa dengan cara yang terkesan menyakitkan tapi Ibuk percaya Tuhan selalu mengerti cara terbaik mengajriku tumbuh bersama kehidupan yang tidak selamanya membagiakan. Ibuk cukup ada disampingku dan menemani aku tidur. Dan Bapak, yang galak, yang gengsinya bahkan lebih tinggi dari langit ketujuh. Yang selalu ngomel dulu waktu aku minta uang walaupun pada akhirnya tetap dibeli. Aku bahkan kalah pamor dengan ayam-ayam Bapak itu. Tapi ya sudahlah, ayah adalah sandaran. Ayah selalu menyediakan ruang yang hangat untuk putri kebanggaannya. Aku tau Bapak tidak pernah mengatakan bahwa aku anak yang baik, tapi aku tau dibelakangku beliau sangat mencintai aku. Beliau selalu bangga bahkan dengan hal kecil yang aku lakukan untuk hidupku. Satu dari sifat Bapak yang aku ingin ada dalam diri pendampingku nanti adalah tegas.
Dan rumah tempat dimana kita benar-benar kembali dan kekal bersama-Nya adalah Tuhan. Ya, aku punya Tuhan, Allah. Dia yang menciptakan kita. Dia adalah pemilik kita. Pemilikku yang sesungguhnya. Aku bersyukur atas segala hal yang sudah aku jalani selama ini. Entah itu merupakan kebahagiaan atau kesakitan yang teramat dalam bagiku tak mengapa. Aku jadi ingin selalu dekat dengan Tuhanku. Ketika manusia saling menyalahkan satu sama lain, aku hanya memohon perlindungan supaya Tuhan mengampuniku. Dan kalau memang aku bersalah aku memohon pada Tuhanku untuk ditunjukkan apa yang menjadi kesalahanku dan bagaimana menebus itu semua. Aku sempat membiarkan diriku disakiti, tapi belakangan aku semakin percaya janji Tuhan bahwa kesedihan selalu beriringan dengan kebahagiaan. Kesulitan selalu berdampingan dengan kemudahan. Tuhan menghendaki aku menjadi manusia yang kuat. Yang meskipun harus tersedu-sedu tangisan kesakitan, tetap mampu melakukan yang terbaik bagi hidupku sendiri.
Jangan takut, ketika seluruh isi dunia membencimu kamu tau tempat yang tepat untuk kembali. Home. :)

TWENTY



Tuhan, terima kasih untuk 20 tahun yang sangat berarti. 20 tahun yang telah merubah hidupku menjadi jauh lebih baik meskipun aku tetap sering merasa sepi karena belum mampu mengenalmu lebih dekat. Aku merasa bahwa di perubahan usiaku dari 19 tahun menginjak 20 tahun, Engkau mengajarkanku banyak hal. Tentang bagaimana sebuah keikhlasan menerima jalan cerita yang Kau sampaikan lewat rentetan kejadian yang sangat menyakitkan. Namun, di balik itu semua aku yakin bahwa selalu ada makna dan pelajaran yang harus aku ambil. Engkau sampaikan melalui kejadian yang membuatku selalu menangis dan hampir menyerah. Aku tau Engkau sedang menguatkanku dan mencoba memberitahukan padaku bahwa kebahagiaan tidaklah didapat dengan cuma-cuma. Kau selalu mengganti setiap butir air mata ini dengan untaian senyuman yang terurai penuh rasa ikhlas, lepas dan tanpa beban. Terima kasih Tuhan telah memberikanku sepasang malaikat yang selalu menyayangiku sepenuh hati, tanpa kenal lelah dan bosan mereka selalu menjagaku, menyebutkan namaku dalam setiap untaian doa mereka, meminta agar supaya aku menjadi hamba yang patuh pada Mu. Mereka yang tiada henti membanggakan mutiara kecil mereka ini yang sebenarnya belum mampu melakukan yang terbaik untuk membuat mereka cukup bangga. Bahwa aku tidak sehebat yang mereka inginkan. Namun satu janjiku bahwa aku tidak akan mengecewakan mereka, sekecil apa pun kesalahan itu.mereka sangat berharga bagiku, Tuhan. Jaga dan lindungi mereka, limpahkanlah kehidupan mereka dengan rahmat dan kasih sayangmu ya Tuhan. Berikanlah rezeki yang barokah untuk kecukupan hidup kami. Hanya mereka yang aku miliki satu-satunya ketika aku merasa tidak ada lagi tempat yang aman bagiku untuk berlindung, bahkan ketika seluruh dunia membenciku dan merendahkanku mereka tetap merangkulku dan mengatakan bahwa aku mutiara terbaik yang mereka punya. Jangan sakiti mereka ya Tuhan, mereka telah mengorbankan banyak hal untukku, maka bantulah aku untuk mengikhlaskan diri memberikan kebahagiaan untuk mereka.
Terima kasih telah memberikanku teman-teman yang selalu menjagaku, membuatku lupa bagaimana cara menangis ketika bersama mereka. Terima kasih telah memberi kami jiwa yang begitu besar untuk mengambil hikmah dan bahan instrospeksi diri demi menjadi pribadi yang lebih tabah. Rasa sakit yang ada dalam diri kami sepenuhnya kami serahkan kepadamu ya Tuhan karena Engkaulah yang Maha Pemaaf. Maafkanlah hati kecil kami yang mudah terhasut bisikan setan sehingga membuat kami lupa bahwa kami memiliki Engkau yang Maha Tahu. Engkau tau dalam benak kami tidak pernah ada secuil pun rasa ingin menyakiti pada mantan teman-teman kami itu, kami pun tidak tahu apa salah yang telah kami lakukan sehingga mereka begitu membenci kami. Tapi bagi kami Tuhan, itu cukup memberikan kami banyak pelajaran, bahwa kami yang tidak sempurna ini hanyalah manusia yang kerap melakukan kesalahan. Mungkin ada sikap kami yang tidak berkenan di hati mantan teman-teman kami tersebut maka maafkanlah, beritahu mereka bahwa mereka tetap saudara kami yang pernah mengukir senyum dan mengindahkan hari-hari kami. Mereka tetap punya arti bagi kami, karena tanpa mereka kami masih anak kecil yang begitu polos dan bodoh, namun berkat mereka kini kami begitu elegan mendewasakan diri, menata kehidupan kami dalam menyikapi sebuah hubungan pertemanan.
Terima kasih sudah mempercayakanku pada malaikat-malaikat bernama sahabat yang sungguh baik hati dan tanpa kenal waktu selalu menyayangiku. Yang dengan kesediaan dan ketulusan hatinya berkenan meluangkan kasih sayang atas nama persahabatan. Teman-teman dari SD sampai sekarang yang masih setia mengucapkan selamat ulang tahun di setiap pertambahan usiaku. Yang tidak pernah bosan membuatku terharu saat mereka ingatkan aku bahwa aku berharga bagi mereka. Yang selalu membuat hal yang sederhana menjadi terkesan lebih istimewa karena datangnya dari mereka. Terima kasih ya semuanya.
Tuhan, terima kasih untuk keberadaan teman-temanku, si Sipit, si Hidung Kecil dan si Betis Besar dengan segala kebodohan dan kekonyolan yang mereka bawa membuatku menyadari bahwa hidup ini begitu bermakna dengan kehadiran mereka. Mereka yang tidak pernah lelah menguatkanku saat aku merasa aku begitu lemah dan membutuhkan tempat untuk bersandar. Jangan ambil mereka ya Tuhan dari hidupku, aku tidak pernah menginginkan hal buruk itu kembali terjadi dalam hidupku, jaga dan lindungi mereka ya Tuhan. Sampaikan rasa maafku karena selalu merepotkan mereka dengan celotehan-celotehan yang tidak penting tentang kekuranganku dan ketidakmampuanku akan sesuatu hal. Maaf sering menyakiti mereka dengan perkataan-perkataan yang tidak seharusnya aku sampaikan. Maaf atas rasa dengki dan iri hati yang ada dalam benakku terhadap beberapa sisi kehidupan mereka. Maaf membuat kalian bingung bagaimana caranya menanggapi kebodohanku ini. Maaf karena sering nebeng di kos kalian sampe larut malam. Maaf aku belum bisa menjadi cukup cantik dan langsing untuk jadi teman kalian, hehe. Dan maaf sampe sekarang aku masih jomblo dan sangat sensitif. Maaf yah.
Terima kasih juga untuk teman baruku yang sempat mengisi hari-hariku beberapa bulan terakhir. Terima kasih banyak ya untuk semuanya. Aku tidak perlu menunggu sampai 3 bulan untuk tau seberapa berharga diriku untukmu. Aku cukup mengerti dan sadar diri. Terima kasih ya.
Terima kasih untuk teman-teman se-organisasiku yang telah mengajariku banyak hal, tentang tanggung jawab, tentang bagaimana menjaga hubungan antar personal dan professional yang semestinya. Terima kasih atas pengabaian yang sempat membuatku merasa tidak berarti di antara kalian, namun kalian begitu solid dan membuatku enggan mundur dari kalian, bersama kalian aku bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga yang tidak akan aku dapatkan nanti di tempat lain. Terima kasih atas tugas proposal, surat-menyurat, dan lpj yang tidak juga membuatku cepat kurus tapi malah membuatku semakin gendut, hehe. Terima kasih ya.
Terima kasih Tuhan yang senantiasa memberikanku kesempatan untuk memperbaiki diri. Terimakasih semuanya atas kebahagiaan yang telah kalian bagi bersamaku :)

Sabtu, 14 September 2013

Apa aku cuma sekedar lelucon buat kamu?


Aku pikir kamu sudah jauh lebih dewasa dari apa yang terlihat. Tapi meskipun demikian kamu tetaplah anak laki-laki kecil yang gemar bermain, tapi mainanmu kini tidak lagi mobil-mobilan, gasing ataupun perang-perang. Mungkin kamu tidak menyengaja hal itu. Banyak hal yang aku pikir mungkin ada dalam diri kamu, karena kamu tidak pernah memberi kesempatan untuk menilai diri kamu yang sebenarnya. Kamu di depanku hanya seperti bermain-main. Kamu selalu saja gemar menjadikanku bahan bercandaan. Gelak tawa tidak pernah lepas dari bibir kamu setiap saja kamu ada bersamaku. Semua nampak menyenangkan karena kehilangan tawamu saat kebersamaan kita merupakan hal yang sangat aku takutkan. Aku mengkhawatirkanmu hingga kamu merasa kekhawatiranku terkadang tidak tepat atau berlebihan. Iya, tidak seharusnya aku melakukannya. Aku tidak perlu khawatir karena jauh di sana ada malaikat yang setia menjagamu, lebih dari yang aku harapkan untuk kamu dapat. Semakin hari kamu semakin menunjukkan bahwa kamu telah termiliki, meskipun di sisi lain aku tau kamu mencari sesuatu dariku, entah apa. Selingan mungkin. Ya, sebatas itu. Ketika kamu sedang suntuk mungkin mempermainkanku menjadi salah satu pilihan untuk mengendorkan urat lelahmu. Aku memang tidak pandai menghiburmu ketika kamu bersedih. Aku hanya ingin mendekat, duduk di sampingmu, lalu menanyakan “kamu kenapa?”. Meskipun pada akhirnya kamu tetap akan mengatakan “aku nggak papa”. Berlaku konyol bisa saja menjadi salah satu alternatif agar kamu bisa sejenak melupakan masalahmu, melepas penat. Berpura-pura seperti anak kecil yang tidak mengerti apa-apa, membuatmu kesal dan marah. Tetapi aku senang melakukan hal itu. Meskipun aku tau hal-hal bodoh itu tidak akan pernah ada artinya untuk kamu. Terserah saja apa katamu. Aku tidak akan meminta apa pun padamu. Atau bahkan menyatakan bahwa aku mencintaimu, aku tidak tau pasti. Tetapi aku bukan perempuan yang tidak punya perasaan, berani mengungkapkan perasaan pada hati yang sudah termiliki, aku tidak akan melakukan hal itu karena aku tau bahwa kamu sangat mencintainya. Tetaplah bertahan dengannya, dia yang sudah merelakan kesediaannya untuk selalu ada di sampingmu. Bersamamu, memberikan cinta yang tulus untuk sebuah pembuktian bahwa sejauh apa pun kalian terpisah, Tuhan tetap menanam cinta yang dalam antara kalian berdua. Jangan pedulikan betapa sakitnya aku tidak bisa memiliki mu, mungkin ini terdengar naïf. Namun, Tuhan lebih mengijinkan kamu bersamanya, bukan denganku. Biar saja nanti Tuhan pertemukan aku dengan cinta yang Dia kehendaki untukku. Untuk kamu, tersenyumlah karena Tuhan telah ciptakan perempuan yang pantas untuk kamu cintai.

Sabtu, 29 Juni 2013

Aku menyerah dari sakitnya bertahan

Maafkan jika aku tidak juga mengerti tentang apa yang kamu mau. Tentang apa yang kamu inginkan terhadapku. Berulang kali kmau pertegas bahwa kamu tidak lagi sendiri. Aku tau, bahkan lebih tau daripada yang kamu ingin tunjukkan. Ini bukan lagi mengenai seberap lama aku mempertahankan perasaan ini terhadapmu. Ku bahkan tidak mengerti akan kemauanku sendiri atas dirimu. Aku bertemu dengan ribuan laki-laki setelah memutuskan untuk pergi melupakanmu. Tapi dayaku tidak pernah sanggup untuk sedikit saja mengusir rasa yang bagiku sudah terlalu lama untuk disimpan. Tentu kamu bukan laki-laki yang tidak punya hati, yang membiarkan seorang perempuan merana dengan perasaan yang tersimpan terhadapnya. Kamu begitu halus dan mengerti seberapa besar aku mengharapkanmu. Tapi cintamu hanya untuk gadis itu. Aku tidak pernah berani melangkah melampaui apa yang seharusnya memang tidak terjadi. Bagaimana pun aku perempuan yang memiliki perasaan yang sama dengan kekasihmu. Tentu aku juga tidak akan pernah menginginkan jika suatu nanti aku memiliki pasangan lalu ada perempuan yang tanpa tau malu masuk dalam hubungan kami.
Sekarang ini aku terpenjara dalam rasa bersalah. Rasa bersalah karena membiarkanmu memilih perempuan lain selain aku. Rasa bersalah karena tidak mengungkapkan perasaan yang telah lama tumbuh. Rasa bersalah karena tidak bisa memberikan kebahagiiaan yang pada akhirnya kamu dapatkan dari perempuan lain yang sekarang menjadi kekasihmu.
Aku tidak mengerti apakah itu sepenuhnya kesalahanku atau memang takdir yang mengharuskan perasaanku berakhir seperti ini. Aku sudah terbiasa tersakiti. Tetapi hanya denganmu aku bisa bertahan dalam kesakitan selama ini. Hampir empat tahun dan perasaan ini masih tetap sama. Belum berubah meskipun kadar cintamu terhadap perempuan itu meningkat setiap waktu. Aku bahagia melihatmu mampu begitu setia, pun begitu dengan kekasihmu yang sudah bersedia sekian lama bertahan untukmu, mempersemahkan cinta yang paling tulus untuk bisa mendampingimu.
Aku tidak berdaya. Aku semakin tau diri. Bahwa sejak awal keberadaanku memang tidak baik bagimu dan baginya. Bahkan untuk diriku sendiri. Sudahlah, pada akhirnya ketulusan cintaku yang merelakanmu untuk bahagia bersama cinta yang lain. Biarlah aku menguburnya dalam-dalam, perasaan yang memang tidak pernah terangkat ke permukaan. Aku tidak bisa berkehendak, aku tidak akan pernah bisa memaksamu untuk bisa membalas perasaan ini. Pada akhirnya aku yang menyerah.

Kamis, 06 Juni 2013

Goodfriend...Goodbye!

It’s been so long I did’nt write on this blog. Feeling like missing something that on the past so many post I created when I was happy, sad, or confusing of something. Or maybe just telling you about un-important worry on loving someone. Everything was gonna changed. Ya. semuanya berubah begitu cepat. Dongeng persahabatan sejati, atau ketulusan pertemanan itu hanya sebatas memori yang kini tidak lagi menyenangkan untuk diingat. Aku tidak mengerti akan semua hal yang terjadi, tidak juga mengerti apa yang sebenarnya menjadi titik permasalahan yang sebenarnya hingga muncul tembok yang begitu kokoh. Semuanya berubah. Bukan, bukan perubahan. Mungkin saja dulu kami saling salah pengertian bahwa kami bisa saling mengisi satu sama lain. Namun pada kenyataannya banyak sekali sikap yang sulit kami tolerir, bukan berarti kami berdiri tanpa kesalahan. Hati kami sudah terlampau banyak tersakiti. Kami tidak akan menuntut atas apa yang telah kami berikan kepada kalian. Atau bahkan mengungkit atas banyak hal yang kami rela lakukan demi dan untuk kalian. Bahkan atas apa yang telah kami tulus lakukan untuk kalian agar kalian bersedia tetap di samping kami, bersama-sama saling melengkapi, tetapi sepertinya tidak ada alasan bagi kalian untuk tetap di sini. Kalian memilih pergi setelah kami sempat mengorbankan banyak hal hanya untuk membagi kebahagiaan untuk kalian, untuk kita.

Kami kini begitu menerima kalau memang keadaan seperti ini yang kalian inginkan. Sudah seharusnya kita menyadari bahwa kita bukan lagi anak-anak. Kami ingin mencoba kembali memperbaiki hubungan dengan selalu bercermin atas diri kami. Sisi mana dari diri kami yang menyakiti kalian sehingga kalian dengan tega melakukan hal yang seperti itu terhadap kami? Tapi kami merasa jauh lebih lelah, jengah, dan muak. Kami yang merasa tersakiti tetapi kami merasa kami yang dihakimi. Bukan berarti kami luput dari yang namanya kesalahan, tapi sikap kalian yang seperti itu membuat kami semakin menyadari bahwa kami tidak cukup berarti untuk kalian. Sampai-sampai kami tidak lagi dapat berkata-kata atas diri kalian. Kami tidak pernah berusaha untuk mengungkit kebaikan yang pernah kami lakukan untuk kalian, tapi kami sangat menyayangkan atas pandangan kalian yang menganggap kami orang-orang yang tidak pantas untuk dijadikan teman. Kami tidak akan memohon kalian untuk mengingat berapa banyak kami berusaha untuk ada di saat kalian butuh. Ketika memang kalian tidak menyukai salah satu dari sifat kami, maka maafkanlah. Kami tidak bermaksud untuk berbuat demikian terhadap kalian. Apa yang kami lakukan sekarang ini hanyalah respon atas kesakitan yang pernah kami dapatkan dari kalian. Sadar diri. Meskipun kami merasa kalian lah yang seharusnya “sadar diri”. Tapi sudahlah. Dan satu lagi, selamat menikmati untuk kalian yang sekarang ini sedang mencicipi bagaimana rasanya menjilat ludah kalian sendiri. Kami hanya mendoakan agar suatu saat mata dan kalian terbuka begitu lebar atas orang yang sekarang ini kalian pilih sebagai teman. Kalian hebat! Kalian bahkan nggak merasa jijik menjilat ludah sendiri. Munafik. Mungkin ketika kami mengatakan kata munafik, kalian akan membicarakan kami di belakang dan mencaci kami tanpa ampun. Hahaa, bahkan air mata kami hampir kering dan sia-sia untuk menangisi orang seperti kalian.

Sudahlah, kami tidak akan mati kalau hidup tanpa kalian. Kalian menyebut bahwa ketika kami bersikap seperti ini terhadap kalian maka kami memperrumit hidup kami. Tapi tidak begitu dengan yang kami rasakan, kami merasa dengan bersikap seperti ini kami seperti melepas beban yang selama ini mengusik kami. Ada hal yang memang kami rasa bahwa tidak seharusnya kami bersikap terlalu baik, apalagi dengan orang-orang seperti kalian. Selamat melanjutkan hidup kalian masing-masing.

Jumat, 05 April 2013

I wanna hate you, but my heart says not


Bolehkah aku katakan bahwa aku membencimu, bahkan sejak pertama kali Tuhan perkenalkan aku denganmu dari sisi kejauhan tanpa aku tau siapa dan seperti apa dirimu. Bisa jadi aku sangat egois, tapi itu yang aku rasakan. Apakah kau berpikir tentang hal yang negative atas pengakuanku tadi? Jika iya, dengarkan penjelasanku lebih lanjut. Aku memang membencimu. Rasa benci yang semakin bertambah ketika Tuhan berbaik hati mempertemukan kita dalam banyak kebetulan, kebetulan yang selalu terjadi hingga aku pandai merangkai cerita yang saling berhubungan dan terkait, tentang aku dan kamu. Semula semua terlihat kabur, tapi akal sehatku memperjelas semuanya. Tentang kamu.

Aku benci mata kamu, sinar mata kamu. Yang begitu dalam, manis dan memikat, sehingga aku bisa menjadi sangat bodoh karena instruksi otak agar mataku berpaling sangat sulit aku laksanakan. Mata yang selalu bisa membuatku kehilangan saat sinarnya meredup, membuatku ikut berpikir dan tidak jarang berakhir khawatir. Mata yang sangat sulit untuk dilupakan meski aku tidak pernah memandang lebih dari lima detik, karena aku menyadari betul dimana titik lemahku saat sinar mata kamu masuk lalu tanpa permisi mengobrak-abrik sistem pertahananku. Dan yang aku benci adalah ketika mata itu selalu hadir, bukan untuk orang yang memang benar-benar berarti dan memiliki tempat di hatimu, yang sering kulihat adalah kamu selalu memandang mata wanita yang ada di sekitarmu dengan sinar yang sama. Tidak berarti semua wanita, tapi wanita yang memang menurutmu bisa untuk kau masuki. Sampai pada akhirnya aku begitu mengerti hanya kamulah satu-satunya yang memiliki mata yang kilat kecoklatannya selalu terpancar. Yang selalu aku benci hanya untuk mengakui bahwa mata kamu punya adalah yang selalu aku rindukan. Aku benci akan kenyataan itu. Mata itu telah ada yang memiliki. Dan itu bukan aku.

Aku benci senyum manja kamu. Yang begitu legit dan manis, sehingga membuatku sulit bernafas. Yang mengembang tanpa henti, membujukku ikut tersenyum saat kamu ada di sekelilingku. Yang selalu membuat lelucon garing dan pada akhirnya aku harus berpura-pura tertawa menahan rasa kesal melihat senyum yang menawan itu. Bagiku senyum itu lebih dari sekedar penyemangat. Senyum yang selalu mengembang dan beralih kepadaku saat kau melihat wajahku yang memucat. Senyum yang bisa kapan saja temnggelam dan membuatku hampir kehabisan akal yang pada akhirnya membuatku memilih untuk diam karena sangat merasa kehilangan binar cahaya senyuman yang berkesan untukku. Meskipun aku tau kalau aku bukan satu-satunya orang yang beruntung mendpatkan senyuman itu. Lagi-lagi aku tidak akan pernah kehilangan alasan untuk membencimu, termasuk senyummu itu.

Aku benci sikap manismu. Aku sangat membencinya. Itu lebih dari sekedar menyiksaku. Aku bukan tipikal perempuan yang mudah dirayu dengan sikap atau bahkan sekedar dekat dengan laki-laki. Tapi pada akhirnya aku menyadari bahwa ini adalah sepenuhnya kamu, bukan kamu yang dibuat-buat. Bukan orang yang dengan mudah mengubah sikapnya di depan lawan bicaramu.

Terima kasih sudah berkenan menjadi orang yang aku benci. Semoga rasa benci ini dapat mengikis rasa yang entah aku tidak bisa klasifikasikan sebagai apa. Semoga aku bisa memperjelas sikapku sendiri dan tidak terus-menerus membencimu dan menyalahkanmu. Karena membencimu hanyalah pengalokasian perasaan yang sama sekali tidak aku mengerti. Maafkan aku, yang harus membencimu sebagai alasan penghindaran atas perasaan lembut bernama…yeah maybe you can call it love. But I just know and so much understand that you love your girl deeply. Semoga kamu selalu bahagia dengannya, dan selalu saling merindukan satu sama lain. Semoga Tuhan berbaik hati mempertemukan aku hati yang lebih tulus.