It’s been so long I
did’nt write on this blog. Feeling like missing something that on the past so
many post I created when I was happy, sad, or confusing of something. Or maybe
just telling you about un-important worry on loving someone. Everything was gonna
changed. Ya. semuanya berubah begitu cepat. Dongeng persahabatan sejati, atau
ketulusan pertemanan itu hanya sebatas memori yang kini tidak lagi menyenangkan
untuk diingat. Aku tidak mengerti akan semua hal yang terjadi, tidak juga
mengerti apa yang sebenarnya menjadi titik permasalahan yang sebenarnya hingga
muncul tembok yang begitu kokoh. Semuanya berubah. Bukan, bukan perubahan.
Mungkin saja dulu kami saling salah pengertian bahwa kami bisa saling mengisi satu
sama lain. Namun pada kenyataannya banyak sekali sikap yang sulit kami tolerir,
bukan berarti kami berdiri tanpa kesalahan. Hati kami sudah terlampau banyak
tersakiti. Kami tidak akan menuntut atas apa yang telah kami berikan kepada
kalian. Atau bahkan mengungkit atas banyak hal yang kami rela lakukan demi dan
untuk kalian. Bahkan atas apa yang telah kami tulus lakukan untuk kalian agar
kalian bersedia tetap di samping kami, bersama-sama saling melengkapi, tetapi
sepertinya tidak ada alasan bagi kalian untuk tetap di sini. Kalian memilih pergi
setelah kami sempat mengorbankan banyak hal hanya untuk membagi kebahagiaan
untuk kalian, untuk kita.
Kami kini begitu
menerima kalau memang keadaan seperti ini yang kalian inginkan. Sudah
seharusnya kita menyadari bahwa kita bukan lagi anak-anak. Kami ingin mencoba
kembali memperbaiki hubungan dengan selalu bercermin atas diri kami. Sisi mana
dari diri kami yang menyakiti kalian sehingga kalian dengan tega melakukan hal
yang seperti itu terhadap kami? Tapi kami merasa jauh lebih lelah, jengah, dan
muak. Kami yang merasa tersakiti tetapi kami merasa kami yang dihakimi. Bukan
berarti kami luput dari yang namanya kesalahan, tapi sikap kalian yang seperti
itu membuat kami semakin menyadari bahwa kami tidak cukup berarti untuk kalian.
Sampai-sampai kami tidak lagi dapat berkata-kata atas diri kalian. Kami tidak
pernah berusaha untuk mengungkit kebaikan yang pernah kami lakukan untuk
kalian, tapi kami sangat menyayangkan atas pandangan kalian yang menganggap
kami orang-orang yang tidak pantas untuk dijadikan teman. Kami tidak akan
memohon kalian untuk mengingat berapa banyak kami berusaha untuk ada di saat
kalian butuh. Ketika memang kalian tidak menyukai salah satu dari sifat kami,
maka maafkanlah. Kami tidak bermaksud untuk berbuat demikian terhadap kalian.
Apa yang kami lakukan sekarang ini hanyalah respon atas kesakitan yang pernah
kami dapatkan dari kalian. Sadar diri. Meskipun kami merasa kalian lah yang
seharusnya “sadar diri”. Tapi sudahlah. Dan satu lagi, selamat menikmati untuk
kalian yang sekarang ini sedang mencicipi bagaimana rasanya menjilat ludah
kalian sendiri. Kami hanya mendoakan agar suatu saat mata dan kalian terbuka
begitu lebar atas orang yang sekarang ini kalian pilih sebagai teman. Kalian
hebat! Kalian bahkan nggak merasa jijik menjilat ludah sendiri. Munafik.
Mungkin ketika kami mengatakan kata munafik, kalian akan membicarakan kami di
belakang dan mencaci kami tanpa ampun. Hahaa, bahkan air mata kami hampir
kering dan sia-sia untuk menangisi orang seperti kalian.
Sudahlah, kami tidak
akan mati kalau hidup tanpa kalian. Kalian menyebut bahwa ketika kami bersikap
seperti ini terhadap kalian maka kami memperrumit hidup kami. Tapi tidak
begitu dengan yang kami rasakan, kami merasa dengan bersikap seperti ini kami
seperti melepas beban yang selama ini mengusik kami. Ada hal yang memang kami
rasa bahwa tidak seharusnya kami bersikap terlalu baik, apalagi dengan
orang-orang seperti kalian. Selamat melanjutkan hidup kalian masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar