Kamis, 06 Juni 2013

Goodfriend...Goodbye!

It’s been so long I did’nt write on this blog. Feeling like missing something that on the past so many post I created when I was happy, sad, or confusing of something. Or maybe just telling you about un-important worry on loving someone. Everything was gonna changed. Ya. semuanya berubah begitu cepat. Dongeng persahabatan sejati, atau ketulusan pertemanan itu hanya sebatas memori yang kini tidak lagi menyenangkan untuk diingat. Aku tidak mengerti akan semua hal yang terjadi, tidak juga mengerti apa yang sebenarnya menjadi titik permasalahan yang sebenarnya hingga muncul tembok yang begitu kokoh. Semuanya berubah. Bukan, bukan perubahan. Mungkin saja dulu kami saling salah pengertian bahwa kami bisa saling mengisi satu sama lain. Namun pada kenyataannya banyak sekali sikap yang sulit kami tolerir, bukan berarti kami berdiri tanpa kesalahan. Hati kami sudah terlampau banyak tersakiti. Kami tidak akan menuntut atas apa yang telah kami berikan kepada kalian. Atau bahkan mengungkit atas banyak hal yang kami rela lakukan demi dan untuk kalian. Bahkan atas apa yang telah kami tulus lakukan untuk kalian agar kalian bersedia tetap di samping kami, bersama-sama saling melengkapi, tetapi sepertinya tidak ada alasan bagi kalian untuk tetap di sini. Kalian memilih pergi setelah kami sempat mengorbankan banyak hal hanya untuk membagi kebahagiaan untuk kalian, untuk kita.

Kami kini begitu menerima kalau memang keadaan seperti ini yang kalian inginkan. Sudah seharusnya kita menyadari bahwa kita bukan lagi anak-anak. Kami ingin mencoba kembali memperbaiki hubungan dengan selalu bercermin atas diri kami. Sisi mana dari diri kami yang menyakiti kalian sehingga kalian dengan tega melakukan hal yang seperti itu terhadap kami? Tapi kami merasa jauh lebih lelah, jengah, dan muak. Kami yang merasa tersakiti tetapi kami merasa kami yang dihakimi. Bukan berarti kami luput dari yang namanya kesalahan, tapi sikap kalian yang seperti itu membuat kami semakin menyadari bahwa kami tidak cukup berarti untuk kalian. Sampai-sampai kami tidak lagi dapat berkata-kata atas diri kalian. Kami tidak pernah berusaha untuk mengungkit kebaikan yang pernah kami lakukan untuk kalian, tapi kami sangat menyayangkan atas pandangan kalian yang menganggap kami orang-orang yang tidak pantas untuk dijadikan teman. Kami tidak akan memohon kalian untuk mengingat berapa banyak kami berusaha untuk ada di saat kalian butuh. Ketika memang kalian tidak menyukai salah satu dari sifat kami, maka maafkanlah. Kami tidak bermaksud untuk berbuat demikian terhadap kalian. Apa yang kami lakukan sekarang ini hanyalah respon atas kesakitan yang pernah kami dapatkan dari kalian. Sadar diri. Meskipun kami merasa kalian lah yang seharusnya “sadar diri”. Tapi sudahlah. Dan satu lagi, selamat menikmati untuk kalian yang sekarang ini sedang mencicipi bagaimana rasanya menjilat ludah kalian sendiri. Kami hanya mendoakan agar suatu saat mata dan kalian terbuka begitu lebar atas orang yang sekarang ini kalian pilih sebagai teman. Kalian hebat! Kalian bahkan nggak merasa jijik menjilat ludah sendiri. Munafik. Mungkin ketika kami mengatakan kata munafik, kalian akan membicarakan kami di belakang dan mencaci kami tanpa ampun. Hahaa, bahkan air mata kami hampir kering dan sia-sia untuk menangisi orang seperti kalian.

Sudahlah, kami tidak akan mati kalau hidup tanpa kalian. Kalian menyebut bahwa ketika kami bersikap seperti ini terhadap kalian maka kami memperrumit hidup kami. Tapi tidak begitu dengan yang kami rasakan, kami merasa dengan bersikap seperti ini kami seperti melepas beban yang selama ini mengusik kami. Ada hal yang memang kami rasa bahwa tidak seharusnya kami bersikap terlalu baik, apalagi dengan orang-orang seperti kalian. Selamat melanjutkan hidup kalian masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar