Maafkan jika aku tidak juga
mengerti tentang apa yang kamu mau. Tentang apa yang kamu inginkan terhadapku.
Berulang kali kmau pertegas bahwa kamu tidak lagi sendiri. Aku tau, bahkan
lebih tau daripada yang kamu ingin tunjukkan. Ini bukan lagi mengenai seberap
lama aku mempertahankan perasaan ini terhadapmu. Ku bahkan tidak mengerti akan
kemauanku sendiri atas dirimu. Aku bertemu dengan ribuan laki-laki setelah
memutuskan untuk pergi melupakanmu. Tapi dayaku tidak pernah sanggup untuk
sedikit saja mengusir rasa yang bagiku sudah terlalu lama untuk disimpan. Tentu
kamu bukan laki-laki yang tidak punya hati, yang membiarkan seorang perempuan
merana dengan perasaan yang tersimpan terhadapnya. Kamu begitu halus dan
mengerti seberapa besar aku mengharapkanmu. Tapi cintamu hanya untuk gadis itu.
Aku tidak pernah berani melangkah melampaui apa yang seharusnya memang tidak
terjadi. Bagaimana pun aku perempuan yang memiliki perasaan yang sama dengan
kekasihmu. Tentu aku juga tidak akan pernah menginginkan jika suatu nanti aku
memiliki pasangan lalu ada perempuan yang tanpa tau malu masuk dalam hubungan
kami.
Sekarang ini aku terpenjara dalam
rasa bersalah. Rasa bersalah karena membiarkanmu memilih perempuan lain selain
aku. Rasa bersalah karena tidak mengungkapkan perasaan yang telah lama tumbuh.
Rasa bersalah karena tidak bisa memberikan kebahagiiaan yang pada akhirnya kamu
dapatkan dari perempuan lain yang sekarang menjadi kekasihmu.
Aku tidak mengerti apakah itu
sepenuhnya kesalahanku atau memang takdir yang mengharuskan perasaanku berakhir
seperti ini. Aku sudah terbiasa tersakiti. Tetapi hanya denganmu aku bisa
bertahan dalam kesakitan selama ini. Hampir empat tahun dan perasaan ini masih
tetap sama. Belum berubah meskipun kadar cintamu terhadap perempuan itu meningkat
setiap waktu. Aku bahagia melihatmu mampu begitu setia, pun begitu dengan
kekasihmu yang sudah bersedia sekian lama bertahan untukmu, mempersemahkan
cinta yang paling tulus untuk bisa mendampingimu.
Aku tidak berdaya. Aku semakin tau
diri. Bahwa sejak awal keberadaanku memang tidak baik bagimu dan baginya.
Bahkan untuk diriku sendiri. Sudahlah, pada akhirnya ketulusan cintaku yang
merelakanmu untuk bahagia bersama cinta yang lain. Biarlah aku menguburnya
dalam-dalam, perasaan yang memang tidak pernah terangkat ke permukaan. Aku
tidak bisa berkehendak, aku tidak akan pernah bisa memaksamu untuk bisa
membalas perasaan ini. Pada akhirnya aku yang menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar