Sabtu, 29 Juni 2013

Aku menyerah dari sakitnya bertahan

Maafkan jika aku tidak juga mengerti tentang apa yang kamu mau. Tentang apa yang kamu inginkan terhadapku. Berulang kali kmau pertegas bahwa kamu tidak lagi sendiri. Aku tau, bahkan lebih tau daripada yang kamu ingin tunjukkan. Ini bukan lagi mengenai seberap lama aku mempertahankan perasaan ini terhadapmu. Ku bahkan tidak mengerti akan kemauanku sendiri atas dirimu. Aku bertemu dengan ribuan laki-laki setelah memutuskan untuk pergi melupakanmu. Tapi dayaku tidak pernah sanggup untuk sedikit saja mengusir rasa yang bagiku sudah terlalu lama untuk disimpan. Tentu kamu bukan laki-laki yang tidak punya hati, yang membiarkan seorang perempuan merana dengan perasaan yang tersimpan terhadapnya. Kamu begitu halus dan mengerti seberapa besar aku mengharapkanmu. Tapi cintamu hanya untuk gadis itu. Aku tidak pernah berani melangkah melampaui apa yang seharusnya memang tidak terjadi. Bagaimana pun aku perempuan yang memiliki perasaan yang sama dengan kekasihmu. Tentu aku juga tidak akan pernah menginginkan jika suatu nanti aku memiliki pasangan lalu ada perempuan yang tanpa tau malu masuk dalam hubungan kami.
Sekarang ini aku terpenjara dalam rasa bersalah. Rasa bersalah karena membiarkanmu memilih perempuan lain selain aku. Rasa bersalah karena tidak mengungkapkan perasaan yang telah lama tumbuh. Rasa bersalah karena tidak bisa memberikan kebahagiiaan yang pada akhirnya kamu dapatkan dari perempuan lain yang sekarang menjadi kekasihmu.
Aku tidak mengerti apakah itu sepenuhnya kesalahanku atau memang takdir yang mengharuskan perasaanku berakhir seperti ini. Aku sudah terbiasa tersakiti. Tetapi hanya denganmu aku bisa bertahan dalam kesakitan selama ini. Hampir empat tahun dan perasaan ini masih tetap sama. Belum berubah meskipun kadar cintamu terhadap perempuan itu meningkat setiap waktu. Aku bahagia melihatmu mampu begitu setia, pun begitu dengan kekasihmu yang sudah bersedia sekian lama bertahan untukmu, mempersemahkan cinta yang paling tulus untuk bisa mendampingimu.
Aku tidak berdaya. Aku semakin tau diri. Bahwa sejak awal keberadaanku memang tidak baik bagimu dan baginya. Bahkan untuk diriku sendiri. Sudahlah, pada akhirnya ketulusan cintaku yang merelakanmu untuk bahagia bersama cinta yang lain. Biarlah aku menguburnya dalam-dalam, perasaan yang memang tidak pernah terangkat ke permukaan. Aku tidak bisa berkehendak, aku tidak akan pernah bisa memaksamu untuk bisa membalas perasaan ini. Pada akhirnya aku yang menyerah.

Kamis, 06 Juni 2013

Goodfriend...Goodbye!

It’s been so long I did’nt write on this blog. Feeling like missing something that on the past so many post I created when I was happy, sad, or confusing of something. Or maybe just telling you about un-important worry on loving someone. Everything was gonna changed. Ya. semuanya berubah begitu cepat. Dongeng persahabatan sejati, atau ketulusan pertemanan itu hanya sebatas memori yang kini tidak lagi menyenangkan untuk diingat. Aku tidak mengerti akan semua hal yang terjadi, tidak juga mengerti apa yang sebenarnya menjadi titik permasalahan yang sebenarnya hingga muncul tembok yang begitu kokoh. Semuanya berubah. Bukan, bukan perubahan. Mungkin saja dulu kami saling salah pengertian bahwa kami bisa saling mengisi satu sama lain. Namun pada kenyataannya banyak sekali sikap yang sulit kami tolerir, bukan berarti kami berdiri tanpa kesalahan. Hati kami sudah terlampau banyak tersakiti. Kami tidak akan menuntut atas apa yang telah kami berikan kepada kalian. Atau bahkan mengungkit atas banyak hal yang kami rela lakukan demi dan untuk kalian. Bahkan atas apa yang telah kami tulus lakukan untuk kalian agar kalian bersedia tetap di samping kami, bersama-sama saling melengkapi, tetapi sepertinya tidak ada alasan bagi kalian untuk tetap di sini. Kalian memilih pergi setelah kami sempat mengorbankan banyak hal hanya untuk membagi kebahagiaan untuk kalian, untuk kita.

Kami kini begitu menerima kalau memang keadaan seperti ini yang kalian inginkan. Sudah seharusnya kita menyadari bahwa kita bukan lagi anak-anak. Kami ingin mencoba kembali memperbaiki hubungan dengan selalu bercermin atas diri kami. Sisi mana dari diri kami yang menyakiti kalian sehingga kalian dengan tega melakukan hal yang seperti itu terhadap kami? Tapi kami merasa jauh lebih lelah, jengah, dan muak. Kami yang merasa tersakiti tetapi kami merasa kami yang dihakimi. Bukan berarti kami luput dari yang namanya kesalahan, tapi sikap kalian yang seperti itu membuat kami semakin menyadari bahwa kami tidak cukup berarti untuk kalian. Sampai-sampai kami tidak lagi dapat berkata-kata atas diri kalian. Kami tidak pernah berusaha untuk mengungkit kebaikan yang pernah kami lakukan untuk kalian, tapi kami sangat menyayangkan atas pandangan kalian yang menganggap kami orang-orang yang tidak pantas untuk dijadikan teman. Kami tidak akan memohon kalian untuk mengingat berapa banyak kami berusaha untuk ada di saat kalian butuh. Ketika memang kalian tidak menyukai salah satu dari sifat kami, maka maafkanlah. Kami tidak bermaksud untuk berbuat demikian terhadap kalian. Apa yang kami lakukan sekarang ini hanyalah respon atas kesakitan yang pernah kami dapatkan dari kalian. Sadar diri. Meskipun kami merasa kalian lah yang seharusnya “sadar diri”. Tapi sudahlah. Dan satu lagi, selamat menikmati untuk kalian yang sekarang ini sedang mencicipi bagaimana rasanya menjilat ludah kalian sendiri. Kami hanya mendoakan agar suatu saat mata dan kalian terbuka begitu lebar atas orang yang sekarang ini kalian pilih sebagai teman. Kalian hebat! Kalian bahkan nggak merasa jijik menjilat ludah sendiri. Munafik. Mungkin ketika kami mengatakan kata munafik, kalian akan membicarakan kami di belakang dan mencaci kami tanpa ampun. Hahaa, bahkan air mata kami hampir kering dan sia-sia untuk menangisi orang seperti kalian.

Sudahlah, kami tidak akan mati kalau hidup tanpa kalian. Kalian menyebut bahwa ketika kami bersikap seperti ini terhadap kalian maka kami memperrumit hidup kami. Tapi tidak begitu dengan yang kami rasakan, kami merasa dengan bersikap seperti ini kami seperti melepas beban yang selama ini mengusik kami. Ada hal yang memang kami rasa bahwa tidak seharusnya kami bersikap terlalu baik, apalagi dengan orang-orang seperti kalian. Selamat melanjutkan hidup kalian masing-masing.