Aku sedang senang-senangnya dengan lagu Home yang dinyanyiin
Michael Buble. Sedang sering-seringnya rindu dengan suasana dan orang-orang di
rumah. Rumah adalah tempat paling nyaman untuk kamu kembali, untuk menjadi
seperti apa kamu yang sebenarnya, tanpa topeng dan segala kemunafikan. Bersama dengan
orang-orang yang mencintai sebagaimana adanya dirimu, entah buruk atau baik
dirimu. Kita tidak perlu menjadi yang sempurna untuk dicintai. Merasa bahwa
Tuhan begitu baik dan sangatlah baik.
Aku punya eyang Kung yang selalu saja tak pernah bosan
memberikanku wejangan mengenai filosofi hidup, mengajariku agar aku segera bisa
dewasa walau pada kenyataannya masih jauh. Aku punya eyang Uti yang nggak
pernah bosan melarangku makan banyak-banyak karena ketakutannya kalo nanti aku
jadi lebih gendut dan nggak cepet-cepet punya pacar. Aku punya mereka yang
mencintaiku walau aku selalu bandel atau kadang membantah larangan mereka
ketika aku merasa sedikit terkekang. Tapi aku tau itu ungkapan sayang dan peduli
mereka terhadap cucu pertamanya ini.
Aku juga punya Ibuk yang nggak pernah bosen beresin kamarku,
karena aku tau aku cewek paling nggak rajin yang bisa-bisanya tidur di kamar
dalam kondisi paling berantakan sekalipun. Tempat aku menumpahkan banyak cerita
tentang kuliah, teman dan bahkan hanya sekedar bercanda. Yang selalu mengalah
saat rengekanku akhirnya menggeser egonya. Pergi shoping berdua, memperdebatkan
mana yang lebih bagus dengan harga yang sesuai. Kami berbeda selera, tapi aku
dan Ibuk hanya seperti adik-kakak dengan beda usia yang tidak jauh. Ibukku adalah
ibu yang paling rajin sedunia. Ketika aku merasa sangat sedih dan seakan dunia
ini menghakimiku sebagai orang yang bersalah, tidur di samping Ibuk, dengan
memeluknya aku merasa semua menjadi lebih baik. Aku merasa aku di tempat yang
tepat, yang paling nyaman. Ibuk tidak pernah bertanya kenapa aku menangis,
karena mungkin Ibuk tau anaknya sudah mulai dewasa, Tuhan sedang membimbingnya
menjadi manusia yang lebih dewasa dengan cara yang terkesan menyakitkan tapi
Ibuk percaya Tuhan selalu mengerti cara terbaik mengajriku tumbuh bersama
kehidupan yang tidak selamanya membagiakan. Ibuk cukup ada disampingku dan
menemani aku tidur. Dan Bapak, yang galak, yang gengsinya bahkan lebih tinggi
dari langit ketujuh. Yang selalu ngomel dulu waktu aku minta uang walaupun pada
akhirnya tetap dibeli. Aku bahkan kalah pamor dengan ayam-ayam Bapak itu. Tapi ya
sudahlah, ayah adalah sandaran. Ayah selalu menyediakan ruang yang hangat untuk
putri kebanggaannya. Aku tau Bapak tidak pernah mengatakan bahwa aku anak yang
baik, tapi aku tau dibelakangku beliau sangat mencintai aku. Beliau selalu
bangga bahkan dengan hal kecil yang aku lakukan untuk hidupku. Satu dari sifat
Bapak yang aku ingin ada dalam diri pendampingku nanti adalah tegas.
Dan rumah tempat dimana kita benar-benar kembali dan kekal
bersama-Nya adalah Tuhan. Ya, aku punya Tuhan, Allah. Dia yang menciptakan
kita. Dia adalah pemilik kita. Pemilikku yang sesungguhnya. Aku bersyukur atas
segala hal yang sudah aku jalani selama ini. Entah itu merupakan kebahagiaan
atau kesakitan yang teramat dalam bagiku tak mengapa. Aku jadi ingin selalu
dekat dengan Tuhanku. Ketika manusia saling menyalahkan satu sama lain, aku
hanya memohon perlindungan supaya Tuhan mengampuniku. Dan kalau memang aku
bersalah aku memohon pada Tuhanku untuk ditunjukkan apa yang menjadi
kesalahanku dan bagaimana menebus itu semua. Aku sempat membiarkan diriku
disakiti, tapi belakangan aku semakin percaya janji Tuhan bahwa kesedihan
selalu beriringan dengan kebahagiaan. Kesulitan selalu berdampingan dengan
kemudahan. Tuhan menghendaki aku menjadi manusia yang kuat. Yang meskipun harus
tersedu-sedu tangisan kesakitan, tetap mampu melakukan yang terbaik bagi
hidupku sendiri.
Jangan takut, ketika seluruh isi dunia membencimu kamu tau
tempat yang tepat untuk kembali. Home. :)