Aku pikir kamu sudah jauh lebih dewasa dari apa yang
terlihat. Tapi meskipun demikian kamu tetaplah anak laki-laki kecil yang gemar
bermain, tapi mainanmu kini tidak lagi mobil-mobilan, gasing ataupun
perang-perang. Mungkin kamu tidak menyengaja hal itu. Banyak hal yang aku pikir
mungkin ada dalam diri kamu, karena kamu tidak pernah memberi kesempatan untuk
menilai diri kamu yang sebenarnya. Kamu di depanku hanya seperti bermain-main.
Kamu selalu saja gemar menjadikanku bahan bercandaan. Gelak tawa tidak pernah
lepas dari bibir kamu setiap saja kamu ada bersamaku. Semua nampak menyenangkan
karena kehilangan tawamu saat kebersamaan kita merupakan hal yang sangat aku
takutkan. Aku mengkhawatirkanmu hingga kamu merasa kekhawatiranku terkadang
tidak tepat atau berlebihan. Iya, tidak seharusnya aku melakukannya. Aku tidak
perlu khawatir karena jauh di sana ada malaikat yang setia menjagamu, lebih
dari yang aku harapkan untuk kamu dapat. Semakin hari kamu semakin menunjukkan
bahwa kamu telah termiliki, meskipun di sisi lain aku tau kamu mencari sesuatu
dariku, entah apa. Selingan mungkin. Ya, sebatas itu. Ketika kamu sedang suntuk
mungkin mempermainkanku menjadi salah satu pilihan untuk mengendorkan urat
lelahmu. Aku memang tidak pandai menghiburmu ketika kamu bersedih. Aku hanya
ingin mendekat, duduk di sampingmu, lalu menanyakan “kamu kenapa?”. Meskipun pada akhirnya kamu tetap akan mengatakan “aku nggak papa”. Berlaku konyol bisa
saja menjadi salah satu alternatif agar kamu bisa sejenak melupakan masalahmu,
melepas penat. Berpura-pura seperti anak kecil yang tidak mengerti apa-apa,
membuatmu kesal dan marah. Tetapi aku senang melakukan hal itu. Meskipun aku
tau hal-hal bodoh itu tidak akan pernah ada artinya untuk kamu. Terserah saja
apa katamu. Aku tidak akan meminta apa pun padamu. Atau bahkan menyatakan bahwa
aku mencintaimu, aku tidak tau pasti. Tetapi aku bukan perempuan yang tidak
punya perasaan, berani mengungkapkan perasaan pada hati yang sudah termiliki,
aku tidak akan melakukan hal itu karena aku tau bahwa kamu sangat mencintainya.
Tetaplah bertahan dengannya, dia yang sudah merelakan kesediaannya untuk selalu
ada di sampingmu. Bersamamu, memberikan cinta yang tulus untuk sebuah
pembuktian bahwa sejauh apa pun kalian terpisah, Tuhan tetap menanam cinta yang
dalam antara kalian berdua. Jangan pedulikan betapa sakitnya aku tidak bisa
memiliki mu, mungkin ini terdengar naïf. Namun, Tuhan lebih mengijinkan kamu
bersamanya, bukan denganku. Biar saja nanti Tuhan pertemukan aku dengan cinta
yang Dia kehendaki untukku. Untuk kamu, tersenyumlah karena Tuhan telah
ciptakan perempuan yang pantas untuk kamu cintai.